Jumat, 30 Desember 2011

Istana di Bukit Kacau (Sebuah Resensi Novel)






"Catherine Earnshaw, semoga jiwamu mengembara sepanjang hidupku.

Hantuilah diriku! Berubahlah dalam bentuk apa pun yang kau sukai, lalu rasukilah diriku, biarkan aku jadi gila karenanya!"
 


Hehehehe...dari petikan diatas yang cukup seram dan seperti mengancam di atas, memang sesuai dengan total isi buku ini. tentang sesuatu yang gelap, suram, mencekam. Dan bagi pembaca seperti saya pun, geleng-geleng dengan kegilaan cinta antara Catherine Earnshaw dan Heatchcliff.


Dari Judulnya pun, Wuthering Heights sendiri, kurleb berarti bukit yang bercuaca buruk, alias kacau, sebenarnya cukup menggambarkan kekacauan penghuni rumah tersebut. Bagaimana sebuah kekacauan timbul, saat datangnya seorang anak gembel lusuh yang diangkat anak oleh tuan Earnshaw. Seorang anak yang tak jelas asal usulnya-terlihat seperti anak Gipsy- telah mengambil seluruh perhatian tuan Earnshaw pada anak kandungnya sendiri, Hindley dan Catherine Earnshaw. Kurangnya perhatian tuan Earnshaw telah merubah Hindley menjadi anak pembenci dan penuh dendam, terutama pada Heathcliff-nama yang tuan Earnshaw berikan pada anak pungutnya. Sedangkan Catherine, gadis cantik itu justru menjadi anak yang liar, bukan gadis manis penurut. tapi Catherine malah berteman dengan Heathcliff. Catherine sangat menyukai Heathcliff. Hal itulah yang sepertinya menjadi awal kemuraman seluruh cerita.

Gilanya lagi, saat Catherine telah menjadi Nyonya Linton-meski karena pilihan Catherine sendiri- dia berani bermain api dengan Heathcliff. Segala kemuraman, tercipta karena dendam masa lalu. Bagaimana Hindley yang mendendam terhadap Heathcliff, dan bagaimana sebaliknya Heathcliff mendendam terhadap Hindley, hingga pada anaknya, Hareton. anak malang yang tumbuh dengan lingkungan berjiwa gelap, membuat Hareton tak ubahnya dengan sifat lingkungannya. 

satu-satunya buku yang ditulis oleh Emily Bronte dan terbit pertama tahun 1847 ini masuk dalam daftar buku klasik paling dibicarakan di era Victoria (abad 19). Buku fenomenal bertema sisi kejiwaan manusia yang bernuansa gelap dan kejam ini, juga diadaptasi menjadi film, opera, dan ballet. Sampai-sampai penulis Twilight Saga - Stepheny Meyer - pun menuliskan novel ini adalah novel favorit Isabela Swan dan Eduard Cullen. Mungkin buku inilah yang menjadi salah satu inspirasi novel Twilight Saganya Mrs Meyer, karena nuansa gelapnya hampir serupa, meski tak sama.

o, iya. foto diatas, adalah foto buku versi translasi/terjemahan ke bahasa Indonesia versi terbitan Qanita publisher (versi yang aku punya) sedangkan yang satu adalah cover versi asli jadulnya. ada juga terbitan Gramedia, tapi entah masih ada nggak. hehehe... Selamat menikmati drama gelap dalam novel ini. ada bisa sangat menyukai, atau bahkan bisa sangat membenci. Semua kembali pada selera baca.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar