Menikah ternyata
telah merubah ritual lebaranku pada jaman masih bujang. Yang jaman masih
bujang, tinggal bawa diri aja pulang kampung dan tidak terlalu memusingkan
barang bawaan atau oleh-oleh karena biasanya telah ku paketkan beberapa hari
sebelum tanggal keberangkatan. Dan isi oleh-olehnya pun baju tuk keponakanku
yang jumlahnya belum begitu banyak. Tapi ternyata, banyak hal berubah setelah
menikah. Apalagi setelah punya anak sendiri.
Lebaran setelah
menikah harus banyak persiapan. Dari persiapan jauh-jauh hari merancang cuti
suami, memesan tiket, menyiapkan segala baju dan pernak-pernik bepergian dari
aku, suamiku hingga anakku, persiapan angpao lebaran, sampai mencari oleh-oleh
untuk keluarga di kampung. Selain itu harus kompromi dengan jadual lebaran suami
juga. Baik jadual piket kantor maupun jadual pulang kampung. Maklum, kampung
kami beda dan jaraknya jauh…sekali. Aku berasal dari jawa tengah..sedangkan
suamiku berasal dari sumatera utara. Jadi harus bergantian setiap tahunnya. Dan
harus bergantian dengan jadual piket suami juga. Bila tahun ini bisa ambil
cuti, harus menentukan pulang ke mana, sumatera utara atau jawa tengah, bila
jatuh pilihan di jawa tengah, maka dua tahun ke depan harus pulang kampung ke
sumatera utara. Bukan tahun berikutnya? Gak bisa! Karena tahun berikutnya harus
“jagain Jakarta”,
piket dua tahun sekali bergantian dengan sejawat suamiku. Gak harus stay di office sih.Cuma duty on call
aja.