Film bergenre fiksi fantasi ini mengambil posisi
Dark Fantasy Drama. Iya, film drama yang didramatisir dengan kisah fantasi ini
benar-benar menggugah hati pemirsanya. awalnya saya pikir bakal disuguhi film
petualangan anak kecil bersama monster raksasa berbentuk pohon besar, seperti
Groot di film Guardian of the Galaxy. ternyata bukan.
Film adaptasi dari sebuah novel berjudul sama ini disutradarai oleh J.A Bayona, dibintangi oleh Liam Neeson, Sigourney Weaver, Felicity Jones, Toby Kebbell, dan Lewis MacDougall. Film ini release September 2016.
Film ini sebenarnya jalinan kisah menyedihkan
dari seorang anak laki-laki berusia kisaran 9-10 tahun, yang memiliki single
mother yang sakit parah stadium III. dramatisasi tak secara langsung disuguhkan
pada kondisi ibunya yang sakit parah, atau tangisan penderitaan sang ibu. Namun
dramatisasi disajikan dalam kisah si monster yang dihidupkan oleh si anak
laki-laki.
Si monster memaksa anak laki-laki tersebut untuk
mendengarkan kisah-kisah lampau-yang menurut anak laki-laki itu, adalah sebuah
dongeng. kisah lampau pertama, tentang sebuah perspektif sebuah kejadian.
Betapa kehidupan itu terkadang tak tercermin dari apa yang manusia lihat dan
manusia dengar. Atau terkadang apa yang ingin manusia lihat serta apa yang
ingin manusia dengar itulah yang menutupi kebenaran sejati itu sendiri. Seperti
kita bila rela dibutakan oleh pandangan karena besarnya kecintaan kita pada
sesuatu. Harusnya, pandangan kita jernih dalam memahami sebuah kebenaran. Namun,
bila cinta buta menghalangi kemurnian hati, maka yang tersaji hanyalah sebuah
ilusi. Ilusi yang kita ciptakan hingga mengaburkan kebenaran, dan biasanya
menghalangi keadilan sejati.
Kisah kedua tentang kepercayaan atas apa yang
manusia pegang. Sebuah keimanan, seringkali mendapatkan godaan, keimanan
manusia atas apa yang dia imani, juga membuat suatu pelanggaran atas hak
manusia lain untuk mendapatkan keadilan, bila tanpa menelaah dengan jernih
sebuah peristiwa. Dan dilain pihak, godaan atas kuatnya iman, membuat manusia
menggadaikan keimanannya hanya sekedar janji yang entah bisa dipenuhi tidak
oleh dunia. Bukan janji Tuhan Maha Suci, yang memiliki pemenuhan atas sebuah
janji.
Lalu kisah ketiga tentang hakekat manusia itu
sendiri. Mereka ada, tetap ada meski tiada manusia menganggap mereka ada. Karena
mungkin beberapa manusia lain tak menganggap keberadaan mereka. Seperti realita
masa kini. Orang-orang yang marginal karena keadaan, mereka sering dianggap “tiada”
karena kemarginalan mereka. Harta dan kekayaan serta kukuatan yang timbul dari
manusia-manusia yang menguasainya seringkali membutakan hati atas hak-hak
manusia lain yang tak berpunya.
Kisah ke empat, adalah tentang keberanian
mengakui akan sebuah keinginan. Mengakui pada diri sendiri. Kisah ini juga
tentang sebuah kerelaan dalam melepaskan. Karena sejatinya manusia adalah
mahluk fana yang tak memiliki apapun juga. Bila Tuhan telah berkehendak
mencabut kenikmatan yang tengah dimiliki oleh manusia, maka manusia haruslah
rela melepaskannya. Apa-apa yang telah Tuhan gariskan, adalah yang terbaik bagi
manusia itu sendiri.
Kisah-kisah tadi sebenarnya adalah kisah dari si
anak laki-laki. Direfleksikan dalam dongeng-dongeng, yang kemudian dirangkum
oleh si monster, mengajak si anak laki-laki untuk belajar dengan apa yang
tengah dia hadapi. Ditutup dengan pelajaran akan kerelaan untuk melepaskan
ibunya, bila ibunya dipanggil Tuhan.
Tak banyak air mata yang berderai-derai dalam
film ini. Tapi saya sesenggukan, selain karena filmnya sendiri sangat menyentuh
hati, kisah ini juga mengingatkan saya pada almarhumah sahabat saya yang dulu
mengidap kanker. Betapa almarhumah bertahan hidup, menghadapi kesakitannya
dengan penuh ikhlas, dan penuh semangat serta harapan kesembuhan. Almarhumah tak
pernah terlihat seperti seorang yang sedang sakit. Aktif, kreatif dan selalu
ceria. Sehingga orang-orang yang tak kenal begitu dekat tak pernah tau apa yang
almarhumah rasakan dan derita.
O, iya. Film ini untuk anak usia minimal 13
tahun, dan harus dalam pendampingan orang tua. Menurut saya sih bagus untuk di
tonton praremaja hingga orang dewasa. Pelajaran yang kaya ada dalam film ini. Pantas saja film ini dinominasikan dan mendapatkan banyak penghargaan dalam banyak ajang penghargaan. Apa
yang saya tulis disini, insyaallah tak terlalu spoiler. Jadi, nikmati saja
setiap adegan yang ada. Selamat menyaksikan.
Sedih sepertinya ya, Mbak :'(
BalasHapussedih mbak yanti. tapi enlight dan enrich hati kita dan pikiran kita. dalem deh. makasih mbak yanti, mau melirik
HapusAku pernah nonton dan gak kuat klo masalahnya sedih sedih gini hikss
BalasHapusAku pernah nonton dan gak kuat klo masalahnya sedih sedih gini hikss
BalasHapusiya mbak mira, ini meres air mata banget. makasih mbak mir kunjungannya.
Hapusaku speechless, kuat ga ya nontonnya
BalasHapuskudu nyiapin hati mak kalo mau nonton ini. sedihh..
Hapus