Jumat, 22 Februari 2013

Bersaing Sehat? Siapa Takut!




Dalam dunia kerja, persaingan antar karyawan adalah sesuatu yang wajar adanya. Persaingan dari sisi penampilan, pada performa kerja, hingga pada prestasi kerja. Sisi penampilan, utamanya pada para karyawan wanita yang kantornya bergerak di bidang usaha jasa. Karena memang penampilan yang rapi dan bersih tentu sangat diutamakan di bidang jasa. Namun pun bila perusahaan tempat berkarir bukan dalam bidang usaha jasa, apabila posisi karyawan berada dibalik meja, semisal accountant, manager, marketing,  secretary, atau receptionist pun tetap dituntut berpenampilan yang rapi dan bersih. Karena penampilan, adalah satu hal yang terlihat lebih dulu dibanding dengan performa dan prestasi kerja. paling nggak, bos atau klien berpikir, bila penampilan saja rapi, mungkin dalam bekerja juga rapi, sistematis teratur.


Performa kerja juga sering terjadi persaingan. Yang paling sering, tentu saja ujung tombak perusahaan alias bagian marketing. Karena bagian marketing, tolok ukur prestasinya paling jelas. Makin banyak barang atau jasa terjual, makin bagus performanya. Tentu saja bagian lain juga. Tergantung dari bidangnya masing-masing, ada tolok ukurnya masing-masing. Utamanya tentu semua berkaitan dengan anggaran dan belanja, serta kinerja.

sumber: gambar:www.lincolnhousechabers.com
Tapi terkadang persaingan ada juga yang berlaku secara kasar. Entah dengan merebut customer rekan sejawat, memfitnah, penyuapan, hingga pendekatan “personal” pada atasan, atau pekerjaan “kotor” lainnya. Tentunya sebagai professional persaingan secara tak sehat tak perlu dilakukan. Selain memang kotor dan merugikan orang lain, tapi kelak dikemudian hari pasti akan merugikan diri sendiri. Perbuatan seperti itu laksana mencoreng/mengotori CV sendiri.

Namun bila kita yang dirugikan akibat persaingan kasar tersebut, jangan lantas kita juga berbuat curang. Tetaplah pada track yang benar. Karena perusahaan yang baik, recordnya terhadap setiap aktivitasnya baik, tak akan merugikan karyawannya yang baik, berdedikasi tinggi dengan kinerja yang baik pula. Pasti akan terbukti. Perusahaan dengan stardarisasi peraturan dan system yang baik secara internasional, menolak praktek kerja yang kotor. Move on. Bila tidak terbukti pun hingga tetap berakibat pada pemecatan, jangan khawatir. Di luar sana masih banyak terbuka peluang lebih baik. Lagi pula rejeki dari Tuhan tak akan tertukar. So, tetaplah bekerja secara professional. Karena professionalisme dengan kinerja yang baiklah nanti yang akan “berbicara” lebih banyak.



17 komentar:

  1. Yup, tidak takut! :)


    Brin

    BalasHapus
    Balasan
    1. *melihat koprolan, saltoan mbak brina yg bawa pompom warna salem :D. makaci mbak for always be my supporter.

      Hapus
  2. siapa takuttttt? *eh, biasanya eke yg jadi provokator

    BalasHapus
    Balasan
    1. gak apa jadih plopokatol, asal celalu perpley! viva yousee cookie! ;)

      Hapus
  3. wah foto zaman mudanya mbak anik ...gak kuaaat. Yuk bersaing meraih kesuksesan sejati : surga di masa nanti :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. bukannn..itu kan ilustrasi mbak dwi. jadi ingat kisah ngantor mbak dwi kemarin.cemungudh mbak *_^

      Hapus
  4. Balasan
    1. aamiin.makasih mbak ela :D.*heppy didoain bu kepsek

      Hapus
  5. Jadi kangen kerja kantoran hehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku paling kangen masa2 ngantor pas ditraktir makan2, gajian, dapet bonus, sama dapet hadiah.hehehe... mbak sari bagian yg mana kangennya? :D

      Hapus
  6. gutlak mbak.. pengen ikut juga yang ini :) smoga belum detlen..

    BalasHapus
  7. mba anik yg mana tuh? yg rambut digerai apa yg disanggul :p

    good luck ya mba yu

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku dulu gak disanggul mbak.rambut dikuncir.xixixi

      Hapus
  8. semoga sukses yaa....

    BalasHapus
  9. Ini buat lomba, Mbak?
    Moga menang yaa..

    BalasHapus