Dalam dunia kerja, persaingan antar karyawan adalah sesuatu
yang wajar adanya. Persaingan dari sisi penampilan, pada performa kerja, hingga
pada prestasi kerja. Sisi penampilan, utamanya pada para karyawan wanita yang
kantornya bergerak di bidang usaha jasa. Karena memang penampilan yang rapi dan
bersih tentu sangat diutamakan di bidang jasa. Namun pun bila perusahaan tempat
berkarir bukan dalam bidang usaha jasa, apabila posisi karyawan berada dibalik
meja, semisal accountant, manager, marketing, secretary, atau receptionist pun tetap
dituntut berpenampilan yang rapi dan bersih. Karena penampilan, adalah satu hal
yang terlihat lebih dulu dibanding dengan performa dan prestasi kerja. paling
nggak, bos atau klien berpikir, bila penampilan saja rapi, mungkin dalam
bekerja juga rapi, sistematis teratur.
Performa kerja juga sering terjadi persaingan. Yang paling
sering, tentu saja ujung tombak perusahaan alias bagian marketing. Karena
bagian marketing, tolok ukur prestasinya paling jelas. Makin banyak barang atau
jasa terjual, makin bagus performanya. Tentu saja bagian lain juga. Tergantung
dari bidangnya masing-masing, ada tolok ukurnya masing-masing. Utamanya tentu
semua berkaitan dengan anggaran dan belanja, serta kinerja.
sumber: gambar:www.lincolnhousechabers.com |
Tapi terkadang persaingan ada juga yang berlaku secara
kasar. Entah dengan merebut customer rekan sejawat, memfitnah, penyuapan, hingga
pendekatan “personal” pada atasan, atau pekerjaan “kotor” lainnya. Tentunya
sebagai professional persaingan secara tak sehat tak perlu dilakukan. Selain memang
kotor dan merugikan orang lain, tapi kelak dikemudian hari pasti akan merugikan
diri sendiri. Perbuatan seperti itu laksana mencoreng/mengotori CV sendiri.
Namun bila kita yang dirugikan akibat persaingan kasar
tersebut, jangan lantas kita juga berbuat curang. Tetaplah pada track yang
benar. Karena perusahaan yang baik, recordnya terhadap setiap aktivitasnya
baik, tak akan merugikan karyawannya yang baik, berdedikasi tinggi dengan
kinerja yang baik pula. Pasti akan terbukti. Perusahaan dengan stardarisasi
peraturan dan system yang baik secara internasional, menolak praktek kerja yang
kotor. Move on. Bila tidak terbukti pun hingga tetap berakibat pada pemecatan,
jangan khawatir. Di luar sana
masih banyak terbuka peluang lebih baik. Lagi pula rejeki dari Tuhan tak akan tertukar. So, tetaplah bekerja secara
professional. Karena professionalisme dengan kinerja yang baiklah nanti yang
akan “berbicara” lebih banyak.
Yup, tidak takut! :)
BalasHapusBrin
*melihat koprolan, saltoan mbak brina yg bawa pompom warna salem :D. makaci mbak for always be my supporter.
Hapussiapa takuttttt? *eh, biasanya eke yg jadi provokator
BalasHapusgak apa jadih plopokatol, asal celalu perpley! viva yousee cookie! ;)
Hapuswah foto zaman mudanya mbak anik ...gak kuaaat. Yuk bersaing meraih kesuksesan sejati : surga di masa nanti :)
BalasHapusbukannn..itu kan ilustrasi mbak dwi. jadi ingat kisah ngantor mbak dwi kemarin.cemungudh mbak *_^
Hapusgood luck, mba..
BalasHapusaamiin.makasih mbak ela :D.*heppy didoain bu kepsek
HapusJadi kangen kerja kantoran hehe...
BalasHapusaku paling kangen masa2 ngantor pas ditraktir makan2, gajian, dapet bonus, sama dapet hadiah.hehehe... mbak sari bagian yg mana kangennya? :D
Hapusgutlak mbak.. pengen ikut juga yang ini :) smoga belum detlen..
BalasHapusikutan yuk mbak binta
Hapusmba anik yg mana tuh? yg rambut digerai apa yg disanggul :p
BalasHapusgood luck ya mba yu
aku dulu gak disanggul mbak.rambut dikuncir.xixixi
Hapussemoga sukses yaa....
BalasHapusaamiin,makasih :)
HapusIni buat lomba, Mbak?
BalasHapusMoga menang yaa..