Jumat, 17 Februari 2012

Menjaga Cinta Sepanjang Masa

Sudah lima tahun kami mengayuh biduk rumah tangga. Membangun mahligai dengan pondasi agama, dan berbagai material mahligai baik secara materi maupun secara ruh. Tak pernah aku berharap suatu hari akan dihinggapi rasa bosan. Sungguh sepenggal kata yang cukup menyeramkan bagi sebuah pasangan rumah tangga. Banyak yang akan terkena imbas bagi satu kata ini. Anak-anak terutama. Sungguh kasian mereka bila turut merasakan ketidak-harmonisan dalam sebuah keluarga. Apalagi yang paling didambakan dalam sebuah keluarga oleh anggotanya, selain kebahagiaan hidup di dalamnya. Dan kebahagiaan bukanlah melulu materi. tapi juga kebahagiaan yang tak terbeli rupiah, namun bisa diciptakan dari hal-hal sederhana seperti perhatian dan cinta setulusnya.

Sebentuk cinta yang dikaruniakan Allah padaku adalah berkah luar biasa yang aku dapatkan setelah perjuangan mencari cinta sejatiku bertahun yang lalu. Betapa Allah telah memberikan yang terbaik bagiku. Aku masih ingat ketika satu persatu sahabat-sahabatku mulai menikah, meninggalkan kehidupan melajang. Dan mulailah aku merasakan sepinya dunia. Tiada lagi tempat aku bisa berbagi bahagia dan berbagi duka. Hingga akhirnya aku memulai perjuangan mencari cintaku. Jatuh dan bangun menemukan pasangan sejati juga ternyata tak mudah. Mulai dari berbeda visi, berbeda misi, berbeda agama, hingga penghianatan. Terkecap pahit di hati. Namun aku sungguh bersyukur di kemudian hari. Sungguh berkah bagiku tak menjadi pasangan mereka lagi. Hingga pada suatu ketika datang laki-laki yang dengan tulus dan serius meminangku, laki-laki yang memiliki visi, misi dan satu ruh dalam agama. Bukan hanya meminangku sebagai pacar, tapi sebagai istri. Sungguh bahagianya hati seorang wanita.

Dalam mengarungi biduk rumah tangga pun ada lekuk likunya, suka dukanya, manis getirnya. Namaya juga hidup. Ritmenya juga tak melulu datar. Sesekali kadang berselisih paham yang syukurnya lebih sering menemukan muara yang sama dibanding bermuara beda.

Kesalahan dan kekhilafan pun tak lepas dari kami yang sesungguhnya hanya manusia lemah ini. Terkadang meleleh saat diterpa ujian. Hanya saja, kami berusaha untuk saling menguatkan kembali. memaafkan salah atau khilaf kami masing-masing. Kembali bercermin pada diri apa-apa kekurangan untuk berusaha memperbaikinya.

Belajar melupakan kesalahan pasangan juga penting. apa-apa yang kita ingat adalah kebaikan-kebaikannya saja. Melupakan kesalahan adalah seumpama menulis di atas pasir kering. Biarlah angin kedamaian menghapusnya. Dan mengingat kebaikan-kebaikan adalah seumpama memahat pada baja, biar terpahat abadi sepanjang masa.

Dan justru lika liku hidup yang mampu dihadapi itu kami harap menjadi bekal di masa depan kami. mampu kami petik hikmahnya sebagai pelajaran hidup. Dan itulah penguat cinta. Semua tak lepas dari berkomunikasi dengan fikiran yang jernih, berusaha mencari solusi bersama, dan bersama-sama pula sebagai penjaga cinta sepanjang masa. Mencari ridho Allah untuk menggapai surga.

* tulisan ini diikut-sertakan dalam lomba :BLOGGER BICARA CINTA  blog detik.

9 komentar:

  1. Selamat mbak ... tulisannya menang lomba ... tidak nyangka yah, posting menjelang deadline. Emang kalo rejeki gak ke mana :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. BTW, tulisannya keren loh, dalem .. ^__^

      Hapus
    2. mbak niar, makasih ya udah dikasi tau tentang ini.alhamdulillah..kalo deket kena traktir deh.^_^

      Hapus
  2. barokallah ya Mama Ola,rezeki dedek, bisa beli bedong 1 lusin lebih deeeeeeh:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. aamiin.alhamdulillah.makasih mbak naqi. semoga baby inside my womb sehat selamat selalu ya.aamiin

      Hapus
  3. sebagai keluarga baru jadi belajardari tulisan di atas.
    kata BOSAN memang momok yang menyeramkan.
    terima kasih telah berbagi yah :)

    dan selamat karena sudah menang!

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih nicampernique. ini juga masih terus belajar kok.tak pernah berhenti.^_^

      Hapus