Rabu, 14 Desember 2011
Kebahagiaan Sederhana Seorang Naura
Anak perempuan manis yang super chuby itu namanya Naura. hehehe...iya, dia anak saya. seperti anak-anak kecil pada umumnya, masih manja, bawel, dan saat kecapean, mengantuk atau sakit, dia akan rewel. umumnya anak kecil, segala sesuatu yang membuat mereka bahagia pun sangat sederhana. so...simple.
Kebahagiaan Naura yang sederhana antara lain, pergi ke taman bermain. dia tak peduli taman bermain itu berada di mana. Mau di Mall yang berbayar per jam, di taman kanak-kanak (yang ini, mamanya malu nganterin nebeng cuma main ayunan atau perosotan doang. Ntar aja kalo Ola udah sekolah taman kanak-kanak.), atau yang gratisan seperti di taman kota. sayangnya, di depok tak ada taman kota dengan taman bermainnya.
Kebahagiaan yang lebih sederhana terwujud saat dia membukakan pintu rumah disaat ayahnya pulang kerja, karena sekarang sudah bisa memutar anak kunci. Kemudian dia juga sangat bahagia saat bisa mengambilkan koran langganan ayahnya, yang biasa disangkutkan di pagar oleh pengantar koran. memakai baju princess-baju berbentuk panjang, terserah dari kain macam apa asal berpotongan panjang hingga mata kaki. kemudian dia meminjam kalung putih mama untuk dia pakai. Lain waktu, pada saat dia pura-pura pentas dan menyanyikan lagu. Mama serta Ayahnya akan menggenapkan kebahagiaannya dengan pujian sederhana secukupnya, tak berlebihan atau lebay.....:D
Ola juga suka bila dia diperbolehkan membantu mamanya, entah menunggui mamanya di dapur dengan mengambilkan sejumlah bawang, atau hanya sekedar menunggui dan berlagak sebagai presenter pendamping chef yang menerangkan ini itu bumbu atau harus diapakan masakannya. Atau saat membantu menjemur pakaian dia.
Dia juga sangat bahagia saat mamanya mengajaknya bermain, tak hanya sibuk berkutat dengan facebook atau blog saja.eh...udah dulu deh. Mau memberikan kebahagiaan sederhana untuk anakku tercinta. Naura alias Ola.^_^
Minggu, 11 Desember 2011
monggo mampir
blog kawanku:
http://leylahana.blogspot.com/2011/12/motivasi-menulis-empat-buku-dalam.html
http://dreamyhollic.blogspot.com/
http://shabrinaws.blogspot.com/
http://arrrian.blogspot.com/
http://jalinankasihkita.blogspot.com/
http://leylahana.blogspot.com/2011/12/motivasi-menulis-empat-buku-dalam.html
http://dreamyhollic.blogspot.com/
http://shabrinaws.blogspot.com/
http://arrrian.blogspot.com/
http://jalinankasihkita.blogspot.com/
Labels:
link-link
Kentut Bau
Ah, entah apa yang telah kumakan seharian. perutku selalu melilit-lilit, dan saat terkentut, aduhh...baunya minta ampun. nyeri juga di persendian. balung tua. udah dilarang juga makan kacang-kacangan ama dokter. penyakit orang tua macam asam urat itu menyebabkanku harus berpantang. Tapi masih saja kulanggar. Katanya "pleasure seeker". tapi ya itulah... hanya sesaat. sudah 3 mangkuk sup kacang merah yang kuahnya kental penuh cincangan bawang bombai, tomat, bawang merah, bawang putih, daun bawang, seledri, bongkahan brokoli, potongan wortel, cuilan daging ayam, bejibun kacang merah dan taburan bawang merah goreng. harusnya adalah menu sehat yang lezat. tapi tidak bagiku setelah memakannya. saat menyantap sih..enak-enak aja.lha wong memang enak. siapa dulu chefnya. i my self gitu lho. halah.. sombong. cape deh. aku sendiri aja cape ngingatin diri, pa lagi orang lain yak? ya sud. mending browsing resep obat alami asam urat. c u next
*tulisan ini cuma sekedar iseng.macam kentut bau. Jangan terlalu dipikirkan yak.^_^
*tulisan ini cuma sekedar iseng.macam kentut bau. Jangan terlalu dipikirkan yak.^_^
Labels:
cathar
Kamis, 08 Desember 2011
Sepenggal Galau di Hati
Matahari hendak tidur. Terlihat merah, marah. Seperti hati Tantri yang masih gundah sore ini. Sesiangan dia merasa kepanasan karena sorotnya terasa lebih terik saat menanam padi disawahnya. Semula, pagi terlihat cerah, hati Tantri gembira. Tapi kabar yang diterima dari suaminya siang itu, malah membuat teriknya siang yang biasanya dinikmati menjadi seperti neraka. Suaminya ingin menikah lagi! Tanpa basa-basi Kang Nawir mengutarakan niat dan alasannya saat makan siang didangau. Suaranya yang sengau menyebalkan terdengarnya. Selama ini tak dia permasalahkan, tapi karena kalimat yang diucapkan suaminya itu, suara sengaunya kini terdengar sangat menyebalkan. Tantri terdiam saja saat suaminya berkata demikian. Hanya mendengus membuang muka.
***
***
Bening kumandang Azan surau kampung meluluhkan hatinya. Suaminya memanggil keluar, hendak pamit ke surau. Dia keluar dari kamarnya, menyerahkan sajadah dan peci pada suaminya. Dan setelah suaminya pergi, dia pergi berwudhu dan menunaikan maghrib. Saat dia berdoa, tangisnyapun pecah. Tersengguk dia adukan seluruh gundah hatinya pada Pada Allah, Tuhan Yang Menguasai hidup dan kehidupan, yang selama ini telah melimpahinya dengan segala kebaikan dan segala kebahagiaan. Dia panjatkan doa agar suaminya tak menikah lagi. Dan agar janda muda yang sholekha tetangga kampungnya itu segera mendapatkan jodoh yang juga sholeh, selain suaminya. Dia tau, suaminya menikahi janda itu bukan karena nafsu. Badan janda muda yang kerempeng, kulitnya yang kehitaman dan agak bersisik karena kering tak memperoleh nutrisi, dan wajahnya yang tak cantik bukanlah daya tarik bagi lelaki. Bahkan hanya membuat wajah janda muda itu terlihat lebih tua. Namun, janda muda itu perempuan sholekha. Menutup aurat dan selalu menjaga ibadah serta perilakunya sehari-hari. Setelah dua tahun yang lalu ditinggal suaminya, keadaannya semakin memprihatinkan. Dua anaknya terlihat kurus, dan dua bulan lalu sempat berhenti sekolahnya sebelum akhirnya dibantu warga sekitar untuk sekolah lagi.
Selepas sholat isya, suaminya pulang dan menanyakan kenapa matanya sembab. Dia bilang tak mengapa. Segera dia menyiapkan makan malam untuk keluarganya. Tapi suaminya segera menggandeng tangannya. Ekor matanya menangkap kelebatan emak yang masuk ruang makan dari dapur, membawa bakul nasi. Tantri dibimbing Kang Nawir duduk di dipan teras. Kang Nawir mengusap air matanya yang leleh lagi dan berkata bahwa dia mengurungkan niatnya melamar janda muda itu. Telah ada seorang pemuda sholeh melamar janda muda tersebut dan akan segera menyelenggarakan akad serta syukuran kecil ahad depan. Berita itu Kang Nawir peroleh saat sholat berjamaah di surau.
Spontan hamdallah terucap berulang-ulang bersama tangis bahagia dari mulutnya. Suara sengau itu berubah menjadi lebih merdu dari biasanya, dan menguarkan aroma cinta. Suaminya juga tersenyum, terucap syukur pula dari mulutnya. Di dalam rumah, emaknya turut membisikkan hamdallah dan tersenyum lega.
Labels:
cerpen
Kisah Yu Gayah
Kisah Yu Gayah
Cuaca cerah. Awal hari yang baik untuk mulai yu Gayah berdagang jamu gendong. Dia telah datang pagi-pagi menanti langganannya, ditempat dia biasa berjualan. Dekat pos satpam kantor kontraktor ditepi jalan, tak jauh dari kontrakannya. Tak lama datang pak Jajang,satpam kantor tersebut dari arah kantor.
“Yuk Yah, saya mau jamu pegelinunya segelas dong.” Kata pak Jajang saat mbak gayah menurunkan bakul dagangannya dari gendongannya. Pak Jajang melafalkan yu dengan Yuk.
Sambil tersenyum dia segera menyiapkan jamu dan segera menyerahkan gelas yang telah berisi jamu pada pak Jajang.
“monggo, pak. Pundi sanesipun?”
“Yuk Yah, jangan ngomong pake bahasa planet ah. Aye kaga ngarti. Nanya apaan sih?”tanya pak Jajang sembari menyesap jamunya diselingi seringai kepahitan.
“anu, yang lain mana. Apa belum pada datang pak?”Tanya yu Yah.
“o.., iya.lha Yuk gayah kan kagak biasanye dateng segini pagi.”kata pak Jajang. “Itu tuh Bu Dyas ama Pak Woko.”lanjutnya sembari melihat kearah kedua teman kerjanya.
“wah..pagi sekali Yu Yah.”kata bu Dyas setengah teriak sembari jalan menghampirinya. Segera dia mengeluarkan gelas plastik bertutup yang biasa dia pakai untuk mewadahi jamu yang dia beli, dan menyerahkan ke yu Gayah.”biasa ya yu, kunyit asem.”lanjutnya.
“aku beras kencur aja Yah.”kata pak woko.”lagi batuk-batuk ni.”
bu Dyas tersenyum kearah pak Woko dan berkata”Pak Woko kayak anak kecil nih. minumnya beras kencur. Ntar nafsu makan lho..”
“Ya nggak papa lah, toh nggak nafsu nambah istri.”sahut pak Jajang.
“Mau nambah istri gimana to Pak Jajang. Gaji belum nambah. Korupsi nggak berani nanggung dosanya.”Jawab Pak Woko sekenanya.
“Nha itu, kalo soal nambah gaji bilang ama Bu Dyas. Kan HRD.”sahut pak Jajang lagi.
“Jangan naik ah. Ntar kalo nambah istri, bisa-bisa saya yang kena marah Bu Woko.” Canda bu Dyas. Kemudian mereka semua tertawa.
“waduh, kok ada acara nambah istri, jangan lah pak. Nggak enak lho poligami.”sahut yu Gayah.
”saya kan pernah dipoligami, dimadu. Makanya saya ke Jakarta, cari tambahan biaya hidup dan melarikan diri dari kesedihan. Tapi saya nggak cerai. Saya minta ijin sama suami mau jualan jamu. Saya bilang, buat bantu-bantu nambah penghasilan.” Lanjutnya sembari mengelap sisa-sisa tetesan jamu disela-sela botol jamunya.
“Wah, baru tau saya.” Kata pak woko.
“kok nggak minta cerai Yu?” Tanya bu Dyas.
“ Saya ngelingi anak, Kebayang kalo saya cerai gimana sedihnya anak saya. makanya saya nggak cerai. Kalo Cuma ngeboti ati saya sendiri, saya pengennya pisah aja.” Tutur Yu Gayah panjang lebar.
“lho pan kagak haram ini poligami. Katanye lebih baek dari pade selingkuh sana-sini.”sahut pak Jajang.
“ wah, saya nggak tau pak Jajang. Yang saya tau, trus saya rasakan itu, dipoligami itu sakit hatinya.” Sahut yu Gayah sembari matanya menerawang jauh.
“Dikasi tau ama suami kalo dia mau nikah lagi aja rasanya udah koyo disamber bledeg. dierrrr!!!..apa lagi pas dia beneran kawin lagi.”mata yu Gayah meredup.
“ Sama tetangga saya sendiri lagi. Masih muda, kinyis-kinyis tapi ora iso opo-opo.manjanyaaa…minta ampun. Apa-apa dituruti.nganti utange bojoku banyak. Lha udah gitu males. Saya yang tiap hari ngurusin keperluan sekeluarga. Malah jadi kayak babunya.”Yu Gayah berujar berapi-api seperti senapan serbu.
“ Akhirnya, saya diajakin tetangga saya ke Jakarta buat jualan jamu. Saya pikir, mungkin memang sebaiknya begitu. Saya bisa dapet duit buat tambahan uang sekolah anak. Saya juga bisa nggak terlalu suntuk dirumah. Nggak lagi liat dia yang manja-manja sama suami saya, juga nggak dijadikan babu.” Runtut mbak gayah cerita.
“lha trus piye Yah?”Tanya pak Woko yang dari tadi menyimak.disampingnya bu Dyas mengangguk mengiyakan. Pengen tahu kelanjutan cerita mbak Gayah.
“setelah saya pergi ke Jakarta, baru suami saya tau gimana rasanya ditinggal saya. Baru suami saya tau saya itu masih berharga. Istri mudanya yang kerjaannya Cuma manja-manja itu beneran nggak iso opo-opo. Pas disuruh ngerjain pekerjaan rumah, ditinggal macul disawah, pas suami saya pulang, ternyata dirumah belum juga ngerjain apa-apa. Suami saya marah sekali, pak. Sampai udah kejadian berkali-kali. Mana sama anak-anak saya galak minta ampun. Pernah nempeleng anak saya yang kecil.sampai berdarah. Akhirnya dia dicerai sama suami saya.”tutup Yu Gayah diselingi wajah lega.
“lha kalo udah nggak ada madunya lagi kok mbak gayah nggak pulang?”Tanya Bu Dyas sembari membetulkan letak jilbabnya.
“Udah terlanjur keenakan dapet duit di Jakarta, bu Dyas. Suami saya juga ngijinin. Makin anak saya besar, biaya sekolahnya kan makin mahal.”sahutnya sembari senyum.”lagian,kalo saya nggak jualan kan kasian para bapak dan ibu disini. Nggak bisa minum jamu.”canda mbak gayah disambut tawa mereka berempat.
Tak lama, datang pelanggannya yang lain, hingga tak terasa,dagangan jamunya telah habis. Tersenyum mbak Gayah menikmati kebahagiaan saat dagangannya tandas,bersama senyumnya mengenang kepahitan hidup yang telah berlalu.
Labels:
cerpen
Langganan:
Postingan (Atom)