Jumat, 27 September 2013

Rainbow - Novel Kehidupan Yang Penuh Warna


Judul Buku                :  Rainbow
Penulis                      :  Eni Martini
Penerbit                    :  Elex Media Komputindo
Terbit                        :  Cetakan I, Juli 2013
Tebal Buku               :  vi + 201 halaman
ISBN                         :  978-602-02-1609-6

Membuka Rainbow, novel besutan mbak eni martini - subo nulisku di Be A Writer, seperti membaca cuaca hidup. Awalnya awan yang berbentuk cumulus, kemudian secara bertahap saat kejenuhan kandungan air di dalamnya meningkat, akan berubah menjadi awan cumulunimbus. Setelah tak mampu lagi menahan beban air yang dikandungnya, maka akan turun sebagai butiran es batu- bila suhu lingkungan sangat rendah, ataupun air bila suhunya lebih hangat. Dan terkadang diselingi petir yang menyambar di sela hujan yang merinai, karena benturan antar awan dengan muatan listrik yang berbeda, sebagai pelepasan energi listrik. Dan biasanya setelah rinai itu, di langit yang masih lembap menyimpan butiran air, maka akan terbias cantik selengkung pelangi elok sebagai hadiah kesabaran menjalani badai. coba saja sibak setiap lembaran babnya. judulnya serupa proses menuju pelangi itu: Cumulus, Winter in Home, Rainy Days, Flash, Menanti Pelangi, Pelangi.

Keisha dalam pikiran saya adalah Liv Tyler
Aku suka pelangi, kebanyakan orang suka pelangi. Tapi sungguh, aku tak begitu suka proses menujunya. terlebih lagi bila harus badai. Yang aku ingat untuk mencintai hujan adalah, bahwa dia sesungguhnya adalah rahmat Allah. Dan itulah yang sedang dialami Keisha. Kepahitan hidup yang bisa jadi akan menjadi pelangi di kemudian hari. Kepahitan hidup yang akan menempa mental dan memperkaya jiwa bila mampu menghadapinya, dan tak berlari ke arah yang salah.


Keisha, di sini digambarkan sebagai wanita mungil ramping, yang cantik, berkulit putih, berbibir penuh, dan rambut hitam yang ikal. Wanita dengan karakter lembut dan tidak memiliki sifat nakal. Aku membayangkan dia adalah Liv Tyler (benar-benar bertentangan dengan bapaknya ya. secara wajah bertentangan, secara sikap juga.xixixi..apaan sih). Kei adalah bidadarinya Akna.
Akna adalah Ben Affleck sumber dari : sini

Akna, adalah sepasang sayap yang akan melindungi sekaligus "menerbangkan" bidadarinya hingga langit ke tujuh. Akna laki-laki tampan yang gagah yang sangat protektif pada bidadarinya. (kira-kira, siapa ya? ah, aku bayangin dia adalah Ben affleck. Ganteng dan gagah).

Mereka berdua dalam bayanganku seperti penggambaran mbak Eni Martini dalam novelnya, adalah pasangan ideal ditinjau dari sisi perwajahan dan postur.

Tapi postur dan sifat gagah Akna luruh diterjang kecelakaan yang merenggut salah satu kakinya. Dia begitu apatis dengan hidup, kehilangan empati, kehilangan sifat kesatrianya, dan hanya dipenuhi oleh buruk sangka-buruk sangka dan pikiran negatif kepada lingkungannya. Terutama kepada istrinya yang sesungguhnya teramat di cintainya. Akna berubah serupa monster yang mengerikan.

Keisha, wanita lembut yang sejatinya perkasa itu bersabar menanti hidupnya kembali sang kesatria dari dalam tubuh Akna. Seperti putri yang bersabar menanti penyelamatan pangeran tampan setelah bertempur melawan monster yang melingkupi tubuh Akna. Tapi akhirnya Keisha menyerah juga setelah kejadian pahit yang menimpanya.

Sungguh cerita dalam novel mbak eni ini membumi. Peristiwa rumah tangga semacam ini memang mungkin saja nyata adanya. Sekalipun beberapa pembaca gemas dengan sifat dan sikap Akna yang berubah, dan dengan berbagai macam komentar saat membacanya, tapi sikap itu memang benar adanya bisa terwujud dalam hidup. Yap, karena pembaca tak mengalaminya langsung kepahitan itu. Terkadang, bila iman tak dikuatkan dalam hidup manusia, cobaan hidup bisa merenggut sisa iman yang ada. Manusia yang tadinya terlihat tegar, gagah dan kesatria, bisa saja berubah menjadi rapuh, luruh sekaligus gahar serupa monster saat menyangkut hal sensitif terkait hidupnya di senggol.

Seperti juga Keisha yang lemah seperti tak berdaya. Yang tak bersikap dan berkata tegas pada suaminya. terkadang, kenyataan hidup memang membuat kelu dan menelan semua nyali yang pernah manusia miliki. Iba, dan rasa sayang juga berbicara di sini.

Dan yang jelas, justru ramuan tulisan mbak Eni yang membuat gemas pembacanya atau melelehkan air mata itulah bentuk keberhasilan mbak eni memainkan emosi pembaca. pembaca larut dalam jalinan kata-kata dalam novel ini.

Bagi saya sendiri, saya menangis saat membaca ini. Terutama saat Keisha atau Akna sedang merindukan atau mengenang masa manis mereka. Saya menangis karena saya juga tengah merindu. Begitupun saat menulis resensi ini. Ah, kok jadi curcol.hehehe...

Dan yang pertama menarik hati saya adalah covernya. Rainbow tampil dengan warna eyecathing  yang elegan. Bukan asal mencolok mata dan membuat pedih serta muak dan pengen menyembunyikan buku itu. Rainbow tampil dalam balutan sebuah lukisan cantik, dengan sapuan kuas yang matang, lengkap dengan silhouette sepasang manusia yang berjalan bersisian. Seperti sedang meniti kehidupan dengan rona warna yang beraneka. Tapi ternyata isinya memang serupa dengan covernya. Bercerita tentang pelangi kehidupan ataupun proses menuju terbentuknya pelangi. Bisa dimaknai antara kedua itu. Antara cover dan isi terdapat kesesuaian.

Demikianlah, untuk para pembaca Rainbow yang lain, selamat menikmati keindahan pelanginya. Semoga kita bisa memetik hikmah dari warna-warni yang terpancar di dalamnya. ^_^




Olla dan Keen dengan Rainbow tante Eni Martini









Sabtu, 07 September 2013

Start the New Story: LDR bersama LG G2

sumber gambar:http://www.facebook.com/photo.php?fbid=10150329366219957&set=pb.105129574956.-2207520000.1378980629.&type=3&theater
LDR. itu satu kata yang sebenernya kepanjangan dari 3 suku kata yang aku benci. Long distance relation. Tapi apa daya, akhirnya aku mengalaminya sendiri.

Berbulan lalu, ada seorang teman yang curhat saat suaminya akan dipindah-tugaskan ke luar daerah tapi tentu saja dengar reward yang lebih besar. Aku bilang, kenapa dia tak setuju? Dia jawab karena sangat berat untuk mengikuti suami ke tempat kerja baru. Aku sempat bingung juga karena lokasi baru adalah ibu kota yang nota bene menjadi tujuan beberapa orang karena fasilitas perkotaan yang lebih lengkap dibanding remote area. Ternyata alasan utama dia adalah, karena dia sembari menunggui orang tuanya. Ah, memang sungguh benar. sulit sekali untuk berpisah meninggalkan orang tua. apalagi tak ada yang menunggui. Tak tega rasanya. Tapi LDR juga bukan pilihan dia. Begitupun bukan pilihan yang aku sarankan. Sebisa mungkin, satu keluarga lebih baik berkumpul dalam kehangatan. Aku sungguh turut bahagia saat temanku mengabarkan akhirnya suaminya tetap bertugas di kota tempat saat ini mereka tinggal dan merawat orang tua mereka.