Sabtu, 02 Maret 2013

Bentuk-Bentuk Adaptasi Masyarakat Terhadap Perubahan Iklim


EFEK RUMAH KACA


Gas rumah kaca adalah gas-gas yang berada di atmosfer baik itu timbul secara alami ataupun timbul sebagai efek kegiatan manusia, baik dalam produksi, ataupun transportasi. Gas rumah kaca yang timbul secara alami misalnya adalah ditimbulkan dari : penguapan, letusan gunung berapi, pernafasan, dan produk sampingan. Produk sampingan disini adalah hasil dari pembusukan, ataupun sisa hasil pencernaan terutama pada hewan. 

Gas rumah kaca yang timbul akibat kegiatan produksi ataupun transportasi manusia antara lain, timbul karena pembakaran bahan bakar fosil, efek kegiatan industri, serta  kegiatan rumah tangga sehari-hari.


Gas-gas rumah kaca paling banyak komponennya adalah uap air, gas karbon dioksida, metana, nitrogen oksida, dan beberapa gas lain hasil dari kegiatan industri semisal kloro fluoro karbon (CFC) dan Hidro fluoro karbon (HCFC-22).


Sinar matahari yang menyinari permukaan bumi, sebagian dipantulkan keluar atmosfer, sebagian lagi pantulannya dipantulkan kembali oleh lapisan gas-gas yang berada di atmosfer, yang bersifat sebagai insulator panas. Hal inilah yang disebut sebagai efek rumah kaca. Efek rumah kaca inilah yang mengakibatkan peningkatan suhu bumi secara ekstrim, dan peningkatan ini mengakibatkan perubahan iklim secara ekstrim. Mencairnya  es kutub. Efek berantainya kemudian adalah naiknya permukaan laut, perubahan arus angin, terganggunya ekosistem, dan sebagainya. Perubahan iklim yang terjadi akhir-akhir ini, mengakibatkan pergeseran musim yang sulit untuk diprediksi, serta aneka bencana alam efek darinya.

Perubahan iklim secara ekstrim, menuntut manusia untuk merubah pola/gaya hidup. Manusia perlu beradaptasi terhadap cuaca yang tak menentu dan sulit untuk diprediksi, dan bencana-bencana alam yang diakibatkan oleh adanya perubahan iklim ekstrim ini.

Pada tingkat dunia, PBB membuat sebuah kebijakan perjanjian antara Negara. Kebijakan perjanjian antar Negara terbaru adalah Protokol Kyoto. Protokol Kyoto adalah amandemen terhadap Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC), yang berisikan persetujuan internasional mengenai pemanasan global. Negara-negara yang meratifikasi protokol ini berkomitmen untuk mengurangi emisi/pengeluaran karbon dioksida dan lima gas rumah kaca lainnya.
Banjir sebagai salah satu akibat perubahan iklim

Akibat berantai karena perubahan iklim. banjir dan macet.

Pada tataran masyarakat langsung, perlu beradaptasi dengan perubahan iklim. Bentuk-bentuk adaptasi masyarakat terhadap perubahan iklim adalah, sebagai berikut :
  1. Pembuatan lumbung pangan. Pembuatan  lumbung pangan sebagai cadangan di masa paceklik/musim kekurangan pangan, baik karena diakibatkan musim kemarau berkepanjangan, ataupun dikarenakan hujan/badai/banjir yang merusak tanaman pangan.
  2. Modifikasi tanaman pangan. Beberapa ilmuan berhasil menemukan varietas-varietas tanaman yang tahan kering, atau tahan air. Sehingga kemungkinan kekurangan pangan karena perubahan iklim dapat diminimalisir.
  3. Diversifikasi pangan. Perlu dilakukan juga agar meningkatkan ketahanan pangan. Beberapa jenis tanaman pangan tak bisa beradaptasi dengan perubahan iklim ekstrim.
  4. Teknologi pengolahan pangan agar lebih awet namun tak merusak kandungan gizi. Utamanya pada produk hasil laut, karena saat musim badai, nelayan-utamanya nelayan tradisional-tidak bisa melaut.
  5. Kemandirian pangan bagi tiap daerah. Terkait dengan empat poin di atas. Sehingga saat terpaksa terisolasi dikarenakan adanya bencana alam, masih mampu menyokong hidup daerah tersebut hingga bantuan datang, atau dampak bencana teratasi.
  6. Penemuan teknologi pembangkit listrik non konsumsi bahan bakar fosil/bahan bakar penghasil emisi gas rumah kaca. Bentuknya antara lain pembangkit listrik tenaga turbin air, pembangkit listrik tenaga turbin angin, dan pembangkit listrik tenaga surya. Sekarang industri otomotif juga tengah Marak dikembangkan mobil/motor/alat transportasi berenergi listrik. Selain mengurangi polutan, juga mengurangi emisi gas rumah kaca. Sekecil apapun bentuk partisipasi mengurangi emisi gas rumah kaca sungguh berarti.
  7. Mitigasi/upaya penanggulangan bencana alam, utamanya bencana akibat perubahan iklim ekstrim. Diantaranya pembuatan tanggul-tanggul sungai, penguatan tanggul yang telah ada. Membuat kanal-kanal banjir, pembersihan teratur gorong-gorong atau saluran air, baik di dalam tanah ataupun di permukaan tanah. Hal lain yang terkait mitigasi bencana adalah mempersiapkan komunikasi dan kordinasi terkait terjadinya bencana. Semisal pengkoordinasian pengungsi, pengkoordinasian penampungan/pengungsian, pengkoordinasian bantuan baik pangan, pengobatan, maupun transportasi saat bencana.
  8. Melakukan sedikit modifikasi cuaca dengan sistem jumping process. Jumping process adalah bentuk modifikasi cuaca dengan cara menambahkan material bahan semai yang mempercepat perubahan awan menjadi hujan, agar hujan tak jatuh di lokasi yang ingin di hindarkan. Semisal untuk mengurangi intensitas hujan agar tak terlalu deras, untuk menghindarkan banjir.
  9. Meningkatkan kesadaran kesetiakawanan sosial. Membantu masyarakat miskin yang seringkali menjadi korban terdampak bencana terparah dikarenakan keterbatasan yang mereka miliki. Bantuan dalam bentuk uang, ataupun barang (makanan,obat-obatan, pakaian, tenda dan sebagainya).
  10. Meningkatkan kesadaran untuk menabung.

Demikian bentuk-bentuk adaptasi masyarakat terhadap perubahan iklim.

Organisasi internasional yang turut bergerak dan berperanserta dalam mendidik masyarakat untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim, salah satunya adalah Oxfam. Pergerakan dalam bentuk edukasi adaptasi perubahan iklim itu sendiri merupakan sebagian kegiatan Oxfam dalam pemberdayaan masyarakat, utamanya masyarakat miskin. Oxfam adalah konfederasi Internasional dari tujuh belas organisasi yang bekerja bersama di 92 negara sebagai bagian dari sebuah gerakan global untuk perubahan, membangun masa depan yang bebas dari ketidakadilan akibat kemiskinan. Oxfam sendiri awalnya didirikan di Oxford, United Kingdom/Inggris, pada tahun 1942 : the Oxford Committee for Famine Relief. Komite Oxford untuk mengatasi kelaparan.

Kemudian Oxfam memperjuangkan tercapainya tujuan dari :
  • hak atas penghidupan yang berkelanjutan
  • hak untuk pelayanan sosial dasar
  • hak untuk hidup dan keamanan
  • hak untuk didengar
  • hak untuk identitas
Oxfam percaya bahwa kemiskinan dan ketidakberdayaan dapat dihindari dan dapat dihilangkan oleh tindakan manusia dan kemauan politik. Hak untuk mendapatkan mata pencaharian yang berkelanjutan, dan hak dan kapasitas untuk berpartisipasi dalam masyarakat dan membuat perubahan positif bagi kehidupan masyarakat merupakan kebutuhan dasar manusia dan hak-hak yang dapat dipenuhi.

Meskipun keprihatinan awal Oxfam adalah penyediaan makanan untuk mengurangi kelaparan, selama bertahun-tahun organisasi telah mengembangkan strategi untuk memerangi penyebab kelaparan. Selain makanan dan obat-obatan, Oxfam juga menyediakan alat untuk memungkinkan orang untuk menjadi mandiri dan membuka pasar perdagangan internasional di mana kerajinan dan menghasilkan dari daerah miskin di dunia dapat dijual dengan harga yang adil untuk manfaat produser.

Program Oxfam memiliki tiga poin utama fokus: pengembangan kerja, yang mencoba untuk mengangkat masyarakat keluar dari kemiskinan dengan jangka panjang, solusi berkelanjutan berdasarkan kebutuhan mereka, pekerjaan kemanusiaan, membantu mereka yang segera terkena dampak konflik dan bencana alam (yang sering menyebabkan ke pembangunan jangka panjang kerja), khususnya di bidang air dan sanitasi, kampanye dan pelobi, advokasi dan populer, mencoba untuk mempengaruhi keputusan kebijakan tentang penyebab konflik di tingkat lokal, nasional, dan internasional.

Oxfam bekerja pada perdagangan keadilan, perdagangan yang adil, pendidikan, utang dan bantuan, mata pencaharian, kesehatan, HIV / AIDS, kesetaraan gender, konflik (kampanye untuk perjanjian perdagangan senjata internasional) dan bencana alam, demokrasi dan hak asasi manusia, dan perubahan iklim.

***

Tulisan ini diikutkan padalomba blog Oxfam.




16 komentar:

  1. kereen tulisannya, Mbak..
    Gutlak yaa..

    BalasHapus
  2. Bagus mba langsung ke sasaran.adaptasi memang perlu ya mba biar kita bisa bertahan hidup thd perubahan yg terjadi

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku fokus ke bagian adaptasi aja mbak windi.yup.emang ini kudu jadi perhatian serius bagi masyarakat maupun pemerintah.apalagi indonesia wilayah rawan bencana.

      Hapus
  3. waw, tema yg diusung up to date dan materi isinya mudah dipahami..

    smoga sukses y Bunda..

    BalasHapus
  4. Komplit dan bikin aku "melek." Moga sukses, mba anik :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih mbak ela.your apreciation and support is something good 4 me.aamiin.success for u 2.:D

      Hapus
  5. Banyak juga poin2 mbak Anik ttg adaptasi lingkungan di sini ... gutlak yaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. mbak niar.mayan mbak.hasil baca koran2 setumpuk.he,e,e.aamiin.makasih.:D

      Hapus
  6. semoga sukses ikutan kontesnya ya

    BalasHapus
  7. Nice post dan sangat mendidik,,,
    Please visit my blog:
    http://humanitariangrantprogram.blogspot.com/

    BalasHapus
  8. makasih kunjungannya. maaf baru balas. insyaallah saya berkunjung.

    BalasHapus