Kamis, 08 Desember 2011

Sepenggal Galau di Hati

Matahari hendak tidur. Terlihat merah, marah. Seperti hati Tantri yang masih gundah sore ini. Sesiangan dia merasa kepanasan karena sorotnya terasa lebih terik saat menanam  padi disawahnya. Semula, pagi terlihat cerah, hati Tantri gembira. Tapi kabar yang diterima dari suaminya siang itu, malah membuat teriknya siang yang biasanya dinikmati menjadi seperti neraka. Suaminya ingin menikah lagi! Tanpa basa-basi Kang Nawir mengutarakan niat dan alasannya saat makan siang didangau. Suaranya yang sengau menyebalkan terdengarnya. Selama ini tak dia permasalahkan, tapi karena kalimat yang diucapkan suaminya itu, suara sengaunya kini terdengar sangat menyebalkan. Tantri terdiam saja saat suaminya berkata demikian. Hanya mendengus membuang muka.

***

Bening kumandang Azan surau kampung meluluhkan hatinya. Suaminya memanggil keluar, hendak pamit ke surau. Dia keluar dari kamarnya, menyerahkan sajadah dan peci pada suaminya. Dan setelah suaminya pergi, dia pergi berwudhu dan menunaikan maghrib. Saat dia berdoa, tangisnyapun pecah. Tersengguk dia adukan seluruh gundah hatinya pada Pada Allah, Tuhan Yang Menguasai hidup dan kehidupan, yang selama ini telah melimpahinya dengan segala kebaikan dan segala kebahagiaan. Dia panjatkan doa agar suaminya tak menikah lagi. Dan agar janda muda yang sholekha tetangga kampungnya itu segera mendapatkan jodoh yang juga sholeh, selain suaminya. Dia tau, suaminya menikahi janda itu bukan karena nafsu. Badan janda muda yang kerempeng, kulitnya yang kehitaman dan agak bersisik karena kering tak memperoleh nutrisi, dan wajahnya yang tak cantik bukanlah daya tarik bagi lelaki. Bahkan hanya membuat wajah janda muda itu terlihat lebih tua. Namun, janda muda itu perempuan sholekha. Menutup aurat dan selalu menjaga ibadah serta perilakunya sehari-hari. Setelah dua tahun yang lalu ditinggal suaminya, keadaannya semakin memprihatinkan. Dua anaknya terlihat kurus, dan dua bulan lalu sempat berhenti sekolahnya sebelum akhirnya dibantu warga sekitar untuk sekolah lagi.

Selepas sholat isya, suaminya pulang dan menanyakan kenapa matanya sembab. Dia bilang tak mengapa. Segera dia menyiapkan makan malam untuk keluarganya. Tapi suaminya segera menggandeng tangannya. Ekor matanya menangkap kelebatan emak yang masuk ruang makan dari dapur, membawa bakul nasi. Tantri dibimbing Kang Nawir duduk di dipan teras. Kang Nawir mengusap air matanya yang leleh lagi dan berkata bahwa dia mengurungkan niatnya melamar janda muda itu. Telah ada seorang pemuda sholeh melamar janda muda tersebut dan akan segera menyelenggarakan akad serta syukuran kecil ahad depan. Berita itu Kang Nawir peroleh saat sholat berjamaah di surau.
Spontan hamdallah terucap berulang-ulang bersama tangis bahagia dari mulutnya. Suara sengau itu berubah menjadi lebih merdu dari biasanya, dan menguarkan aroma cinta. Suaminya juga tersenyum, terucap syukur pula dari mulutnya. Di dalam rumah, emaknya turut membisikkan hamdallah dan tersenyum lega.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar